Gejala dan cara mengatasi anemia pada ibu hamil

Gejala Anemia pada Ibu Hamil dan Cara Mengatasinya

Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu risiko yang harus diwaspadai karena dapat memengaruhi kesehatan ibu dan janin. Bagaimana gejala dan cara mengatasinya?

Anemia pada ibu hamil yang tidak ditangani dengan benar dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi yang berbahaya, seperti persalinan prematur. Selain itu, anemia juga dapat meningkatkan risiko berat badan lahir rendah pada bayi. Pada sisi ibu, anemia dapat meningkatkan risiko depresi pasca persalinan dan kematian ibu pasca persalinan.

Cermat Mengenali Gejala Anemia

Ibu hamil memerlukan lebih banyak sel darah untuk mendukung perkembangan janin. Anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan kebutuhan ini tidak mencukupi, sehingga oksigen yang disalurkan pada jaringan tubuh dan janin menjadi terbatas.

Yang perlu dicermati adalah, kadang-kadang gejala anemia pada ibu hamil juga tampak mirip dengan gejala kehamilan yang umumnya dialami. Apalagi anemia ringan mungkin tidak menimbulkan gejala yang jelas.

Jika anemia semakin parah, kemungkinan ibu hamil akan merasakan beberapa gejala seperti:

  • Cepat lelah dan merasa lemah
  • Kulit tampak pucat
  • Denyut jantung tidak teratur
  • Sesak napas
  • Nyeri dada dan sakit kepala.

Selain itu ada beberapa gejala yang jarang terjadi, di antaranya:

  • Merasa gatal-gatal
  • Perubahan pada indera perasa
  • Rambut rontok
  • Telinga berdenging
  • Sariawan di pinggir mulut.

Untuk memastikan diagnosis anemia pada ibu hamil, maka perlu dilakukan tes darah. Pemeriksaan darah umumnya dilakukan pada pemeriksaan kehamilan yang pertama, kemudian dilakukan satu kali lagi selama kehamilan.

Cara Mengatasi Anemia ketika Hamil

Ibu hamil memerlukan 27 miligram zat besi per hari. Untuk mengatasi anemia pada ibu hamil dapat dengan melakukan beberapa cara berikut:

  • Mengonsumsi suplemen zat besi
    Suplemen zat besi yang umum diberikan adalah ferrous sulphate, yang dikonsumsi 2-3 kali per hari. Namun, sebagian orang mengalami efek samping dari konsumsi suplemen zat besi ini, seperti sakit perut, diare atau konstipasi, nyeri ulu hati, mual, atau tinja yang berwarna gelap. Konsultasi ke dokter jika Anda merasakan efek samping ini setelah mengonsumsi suplemen zat besi.
  • Menambah asupan makanan kaya zat besi
    Selain melalui suplemen, kekurangan zat besi juga bisa ditangani melalui pola makan yang sehat dan teratur. Menambah asupan makanan mengandung zat besi merupakan salah satu cara mencegah dan menangani anemia pada ibu hamil. Konsumsi makanan dengan gizi seimbang, kemudian tambahkan minimal tiga porsi makanan kaya zat besi. Contoh makanan yang banyak mengandung zat besi antara lain:

– Ikan, daging merah, ayam.
– sayur berwarna hijau gelap.
– Kacang-kacangan dan biji-bijian.
– Sereal yang sudah difortifikasi zat besi.
– Telur dan tahu.

  • Memenuhi kebutuhan vitamin C
    Agar tubuh dapat menyerap zat besi dengan maksimal, diperlukan juga vitamin C, yang dapat ditemukan dalam jeruk, stroberi, kiwi, dan tomat. Kombinasikan makanan yang mengandung tinggi zat besi dan tinggi vitamin C, untuk asupan optimal.

Jangan anggap remeh anemia pada ibu hamil, karena dapat mengganggu perkembangan janin dan kondisi kesehatan ibu hamil secara keseluruhan. Konsultasikan kepada dokter untuk menjalani pemeriksaan zat besi dalam darah jika mengalami gejala anemia pada ibu hamil seperti yang disebutkan di atas.

persalinan untuk ibu hamil dengan HIV/AIDS

Jenis Persalinan untuk Ibu Hamil Pengidap HIV

 Hal yang paling dikhawatirkan jika ibu hamil tertular virus HIV adalah adanya kemungkinan virus tersebut bisa ditularkan ke bayi pada saat proses melahirkan. Dari dua metode melahirkan yang ada, yaitu normal dan caesar, yang manakah yang lebih tepat untuk ibu hamil pengidap HIV? 

Ibu hamil yang positif mengidap HIV berpotensi menularkan virus tersebut kepada bayi, baik pada masa kehamilan, persalinan, maupun pada saat menyusui. Dokter kandungan biasanya akan memberikan berbagai jenis obat antivirus khusus, salah satunya adalah obat ARV (antiretroviral) untuk menekan jumlah virus. Jika ibu mengonsumsi obat-obatan secara rutin selama kehamilan hingga hari persalinan nanti, maka risiko penularan bisa ditekan sampai tinggal 7 persen. Karena itu penting bagi ibu hamil untuk melakukan tes HIV, agar virus HIV dapat terdeteksi lebih awal, sehingga program pencegahan HIV pun bisa dilakukan secepatnya. 

Namun, ibu hamil juga harus mempertimbangkan jenis persalinan yang akan ditempuh nantinya, karena risiko penularan virus HIV ke bayi lebih tinggi pada saat persalinan. Dalam proses melahirkan, bayi akan terkena darah dan cairan Miss V ketika melewati saluran rahim yang dapat menjadi cara virus HIV dari ibu masuk ke dalam tubuhnya. Karena itu, ibu hamil pengidap HIV disarankan untuk tidak melahirkan secara normal melalui Miss V karena risiko bayi tertular lebih besar. Beberapa kondisi yang juga dapat mendukung penularan HIV ke bayi pada saat persalinan adalah air ketuban yang pecah terlalu awal, bayi mengalami keracunan ketuban dan kelahiran prematur.

Bila ibu ingin melahirkan secara normal, peluang bayi tidak tertular pun masih ada. Namun, ada persyaratannya, yaitu:

  • Telah mengonsumsi obat antivirus mulai dari usia kehamilan 14 minggu atau kurang.
  • Jumlah viral load kurang dari 10.000 kopi/ml. Viral load adalah jumlah partikel virus dalam 1 ml atau 1 cc darah. Ibu akan berpotensi tinggi menularkan virus ke bayi dan mengalami komplikasi HIV jika ditemukan jumlah partikel virus yang banyak dalam darah ibu.
  • Proses melahirkan harus berlangsung secepat mungkin, dan bayi harus segera dibersihkan setelah keluar.

Ibu yang memiliki viral load yang tinggi biasanya akan diberikan infus berisi obat zidovudine pada saat melahirkan normal. Namun, ibu tetap perlu mendiskusikan kepada dokter kandungan mengenai pemilihan metode persalinan. Jika angka viral load ibu berada di atas 4000 kopi/ml, maka dokter akan menyarankan ibu untuk melahirkan secara caesar.

Menurut berbagai penelitian, risiko penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi pada saat persalinan lebih rendah jika menggunakan metode caesar. Dari data yang diperoleh dari America College of Obstetricians and Gynecologist, dituliskan bahwa pada kondisi kehamilan pada umumnya, operasi caesar dianjurkan untuk dilakukan sebelum kehamilan berusia 39 tahun. Tapi pada ibu hamil pengidap HIV, operasi caesar dianjurkan dilakukan saat kehamilan berusia 38 minggu. Sebelum dan sesudah menjalani operasi caesar, ibu juga akan diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi pasca melahirkan. Hal ini dilakukan karena wanita yang mengidap HIV memiliki kekebalan tubuh yang lebih rendah, sehingga lebih rentan terkena infeksi.

Ibu hamil dengan HIV juga dianjurkan untuk tetap menjaga kesehatan dengan cara menerapkan pola hidup yang sehat. Karena dengan menjalankan pola hidup sehat juga dapat membantu mencegah penularan HIV kepada bayi dalam kandungan selama kehamilan.

cara menyusui dengan benar

Cara Menyusui yang Benar dan Praktis

Air susu ibu (ASI) mengandung lebih dari 200 nutrisi yang sempurna untuk memenuhi kebutuhan bayi. Seiring dengan tumbuh kembangnya, kandungan nutrisi di dalam ASI akan menyesuaikan dengan kebutuhan bayi. Memberikan ASI eksklusif hingga 6 bulan akan menekan risiko diabetes, obesitas, asma, serta penyakit infeksi seperti infeksi telinga, radang paru-paru (pneumonia), atau diare. Selain itu, ASI juga mampu meningkatkan kecerdasan bayi.

Cara Menyusui yang Benar

Beberapa hal berikut ini dapat dilakukan agar proses menyusui mudah dan menyenangkan bagi ibu dan bayi:

  • Pastikan ibu dan bayi berada dalam kondisi rileks dan nyaman
    Posisi kepala bayi harus lebih tinggi dibandingkan tubuhnya, hal ini dimaksudkan agar bayi lebih mudah menelan. Ibu dapat menyangga dengan tangan ataupun mengganjal dengan bantal. Kemudian, tempatkan hidung bayi sejajar dengan puting. Hal ini akan mendorong bayi membuka mulutnya.
  • Mendekatkan bayi ke payudara
    Ketika bayi mulai membuka mulutnya dan ingin menyusu, maka dekatkan bayi ke payudara ibu. Tunggu hingga mulutnya terbuka lebar dengan posisi lidah ke arah bawah. Jika bayi belum melakukannya, ibu dapat membimbing bayi dengan dengan menyentuh lembut bagian bawah bibir bayi dengan puting susu ibu.
  • Perlekatan yang benar
    Posisi perlekatan terbaik bayi menyusui yaitu mulut bayi tidak hanya menempel pada puting, namun pada area bawah punting payudara dan selebar mungkin. Perlekatan ini merupakan salah satu syarat penting dalam cara menyusui dengan benar. Tanda bahwa perlekatan sudah baik yaitu ketika ibu tidak merasakan nyeri saat bayi menyusu dan bayi memperoleh ASI yang mencukupi. Ibu dapat mendengarkan saat bayi menelan ASI.
  • Membetulkan posisi bayi
    Jika ibu merasa nyeri, lepas perlekatan dengan memasukan jari kelingking ke dalam mulut dan letakkan di antara gusinya. Gerakan ini akan membuatnya berhenti menyusu sementara Anda bisa menyesuaikan posisi bayi. Kemudian, coba lagi untuk perlekatan yang lebih baik. Setelah perlekatan sudah benar, umumnya bayi akan dapat menyusu dengan baik.
  • Waktu menyusu
    Bayi menyusu sekitar 5 hingga 40 menit, tergantung kebutuhannya. Untuk bayi yang baru lahir, biasanya bayi perlu disusui setiap 2 – 3 jam dengan dengan waktu menyusu 15 – 20 menit setiap kalinya. Umumnya dibutuhkan beberapa waktu untuk adaptasi ibu dan bayi, agar proses menyusui berjalan lancar.

Perlengkapan Menyusui yang Diperlukan

Agar bayi nyaman menyusu, ibu disarankan menggunakan bra khusus menyusui yang memiliki kait atau kancing di bagian depan yang dapat dibuka. Bagi ibu, hal ini akan menghindari tersumbatnya saluran ASI atau memicu terjadinya peradangan jaringan payudara (mastitis).

Untuk mencegah kebocoran ASI pada bra, ibu dapat menggunakan bantalan payudara (breast pad) yang diselipkan pada bagian depan puting. Untuk ibu yang berencana memerah ASI, ibu dapat membeli pompa ASI yang nyaman untuk digunakan.

Seringkali, diperlukan praktik dan latihan selama beberapa waktu hingga ibu dan bayi dapat bekerjasama dengan baik selama proses menyusui. Jika diperlukan, ibu menyusui dapat meminta saran dan bantuan dari dokter, bidan, atau konsultan laktasi untuk mengetahui cara menyusui dengan benar.

langkah memandikan bayi

Langkah-langkah Memandikan Bayi yang Baru Lahir

Langkah-langkah Memandikan Bayi yang Baru Lahir

Memandikan bayi yang baru lahir adalah pengalaman berharga bagi kedua orangtua bayi. Pengalaman tersebut bisa mendekatkan anda dengan si buah hati. Akan tetapi, bayi yang baru lahir masih sangat rentan dan peka. Maka, wajar saja jika Anda merasa gugup kalau harus memandikan bayi Anda. Apalagi jika ini pertama kalinya Anda harus memandikan bayi yang baru lahir. Tak perlu khawatir, dengan mengikuti panduan berikut ini, memandikan bayi Anda akan jadi saat-saat yang indah dan begitu dinanti.  

Bayi baru lahir sebaiknya mandi seberapa sering?

Bayi yang baru lahir sebenarnya tidak perlu mandi terlalu sering. Yang penting selama Anda mengganti popok bayi, Anda juga ikut membersihkan tubuhnya. Jika mandi terlalu sering, kulit bayi bisa jadi kering. Biasanya memandikan bayi yang baru lahir tiga sampai empat kali seminggu atau dua hari sekali sudah cukup.

Akan tetapi, Anda bisa menyesuaikan sendiri dengan kondisi buah hati. Karena Indonesia adalah negara tropis yang suhunya cukup tinggi dan lembap, Anda mungkin ingin memandikan bayi setiap hari. Ada juga orangtua yang memandikan bayi yang baru lahir dua kali sehari.  

Kapan waktu terbaik untuk memandikan bayi yang baru lahir?

Hindari memandikan bayi setelah minum ASI. Mandi setelah perutnya terisi bisa membuat bayi Anda merasa tidak nyaman. Selain itu, jika ia merasa perutnya tertekan, buah hati Anda bisa sampai muntah. Sebaiknya pilih waktu yang senggang bagi Anda sendiri. Dengan begitu, Anda bisa fokus pada si buah hati dan tidak akan terburu-buru.

Anda bisa memandikan bayi di pagi hari ketika suasana hati bayi Anda sedang baik dan ia tidak begitu mengantuk. Memandikan bayi di sore hari juga tidak jadi masalah. Yang penting Anda menjaga supaya ia tidak kedinginan.

Memandikan bayi baru lahir yang tali pusarnya belum lepas

Kebanyakan bayi berusia di bawah dua atau tiga minggu tali pusarnya belum lepas. Hati-hati karena biasanya tali pusar bayi  masih agak basah dan sebaiknya tidak kena air. Untuk itu, Anda bisa memandikannya dengan cara menyeka tubuhnya dengan waslap atau kain lembut. Perhatikan langkahnya berikut ini.

  • Alasi meja atau permukaan yang datar seperti lantai dengan alas empuk yang tahan air atau handuk lembut. Anda juga bisa melakukannya di meja untuk mengganti popok bayi
  • Baringkan bayi pada punggungnya, tahan bagian belakang kepala dan lehernya dengan salah satu tangan Anda
  • Usap tubuh, kepala, dan wajah bayi Anda pelan-pelan dengan waslap yang sudah dibasahi dengan air yang cukup hangat
  • Setelah tubuhnya basah, usap lagi dengan waslap dengan sabun yang sangat lembut dan aman untuk bayi yang baru lahir
  • Untuk membersihkan kedua kelopak matanya, siapkan dua lembar kapas lembut yang tidak banyak seratnya. Mulailah dari bagian mata yang dekat dengan hidung dan usap ke arah luar. Ulangi pada kelopak mata satunya dengan kapas yang baru
  • Pastikan Anda juga menyeka lekukan-lekukan tubuhnya seperti ketiak, leher, belakang telinga, dan lutut bagian belakang
  • Akhiri dengan membersihkan bagian alat kelamin dan pantat bayi, mulai dari depan ke belakang
  • Angkat bayi dengan kedua tangan Anda dan bungkus dengan handuk kering
  • Sebelum memakai popok atau baju, peluk dan timang-timang si buah hati karena hal ini bisa memberikan rangsangan bagi indra perabanya sekaligus membangun ikatan yang kuat antara Anda dan bayi

Memandikan bayi yang tali pusarnya sudah lepas

Setelah tali pusar bayi Anda lepas dan bekas lukanya mengering, Anda bisa mulai memandikan bayi di dalam bak mandi bayi. Caranya pun cukup sederhana. Simak langkah-langkahnya di bawah ini.

  • Siapkan bak mandi bayi dengan air hangat (dengan suhu kira-kira 37 derajat Celsius) setinggi 5 sentimeter
  • Dengan kedua tangan Anda, pindahkan bayi ke dalam bak mandinya dengan posisi berbaring agak tegak
  • Tahan bagian belakang kepala dan lehernya dengan tangan Anda yang tidak dominan
  • Mulailah dengan menyeka lembut wajah bayi dengan waslap, diikuti dengan kepala dan sekujur tubuhnya
  • Tuang sabun mandi yang aman untuk bayi baru lahir di waslap
  • Usap lagi wajah dan seluruh badan bayi, jangan lupa untuk membersihkan setiap lekukan dan lipatan tubuhnya (tak perlu sampai ke dalam telinga atau hidung)
  • Bersihkan kedua kelopak mata bayi dengan kain lembut atau kapas yang tidak banyak seratnya
  • Akhiri dengan membersihkan area kelamin dan pantat bayi, mulai dari depan ke belakang
  • Untuk menstimulasi indra perabanya, biarkan si buah hati menikmati waktu mandinya dan tuangkan air hangat ke perut atau bahunya pelan-pelan
  • Angkat bayi dengan kedua tangan Anda dan bungkus dengan handuk yang kering
  • Peluk dan timang-timang bayi setelah mandi untuk menjalin ikatan dan kasih sayang antara ibu dan anak

komplikasi saat proses persalinan

7 Komplikasi Berbahaya yang Perlu Diwaspadai Saat Proses Persalinan

Beberapa kondisi ini bisa berbahaya jika tak diatasi dengan cepat

7 Komplikasi Berbahaya Perlu Diwaspadai Saat Proses Persalinan

Selama proses persalinan, berbagai hal bisa dengan mudah terjadi. Mulai dari persalinan yang berjalan dengan cepat dan lancar, hingga sebaliknya.

Meski selama kehamilan dokter sudah mengatakan bahwa kondisi janin baik-baik saja dan siap untuk dilahirkan, bisa saja terjadi komplikasi tertentu baru saat persalinan terjadi.

Namun jangan khawatir, Ma. Selama Mama ditangani oleh dokter dan tenaga medis yang mumpuni, komplikasi-komplikasi ini tentu bisa diatasi.

1. Persalinan tidak mengalami kemajuan

1. Persalinan tidak mengalami kemajuan

Apabila pembukaan tidak kunjung berlanjut dalam jangka waktu yang sangat lama, bisa dikatakan bahwa persalinan tidak mengalami kemajuan alias berjalan lambat.

Pada Mama yang baru saja melahirkan untuk kali pertama, kondisi ini terjadi saat persalinan telah berlangsung selama lebih dari 20 jam.

Sementara itu, pada Mama yang sudah pernah melahirkan sebelumnya, persalinan dikatakan lambat dan tidak maju apabila terjadi lebih dari 14 jam.

Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan kondisi ini terjadi. Di antaranya seperti pelebaran serviks yang lambat, ukuran bayi terlalu besar, ukuran panggul yang kecil, serta penggunaan obat pereda nyeri yang melemahkan kontraksi uterus.

Pada waktu ini, dokter mungkin akan menyarankan Mama untuk berjalan, tidur, mandi, atau melakukan teknik relaksasi lainnya, bergantung pada tahap persalinan Mama.

2. Gawat janin

2. Gawat janin

Ketika janin tampaknya mengalami beberapa kesulitan dan masalah yang membahayakan nyawanya saat dalam kandungan, itu disebut sebagai gawat janin.

Termasuk di antaranya saat ia kekurangan oksigen, kadar cairan ketubannya terus menurun, sampai detak jantungnya yang menjadi tidak normal.

Saat kondisi ini terjadi, Mama mungkin akan diminta untuk mengubah posisi, menambah cairan tubuh, atau diberikan transfusi cairan ke dalam rongga amniotik. Dalam beberapa kasus, operasi caesar mungkin harus dilakukan.

3. Kompresi tali pusar

3. Kompresi tali pusar

Kadang-kadang saat persalinan, tali pusar dapat tanpa sengaja terlilit di leher si Kecil, Ma. Nah, saat ini terjadi, tali pusar mungkin tertekan. Penekanan ini kemudian menyebabkan penurunan aliran darah ke bayi, sehingga detak jantungnya pun melambat.

Jika masalah lilitan tali pusar berlangsung sementara atau tidak tidak ada kompresi yang terjadi, maka persalinan normal bisa dilakukan. Namun jika yang terjadi justru sebaliknya dan membahayakan nyawa bayi, tindakan operasi caesar mungkin akan perlu dilakukan.

4. Prolaps tali pusar

4. Prolaps tali pusar

Pexels/Pixabay

Dalam kondisi ini, tali pusat tiba-tiba keluar melalui serviks setelah ketuban pecah, padahal bayi belum memasuki jalan lahir.

Mama mungkin bisa merasakan keberadaan tali pusar di jalan lahir atau mungkin menjulur keluar dari vagina.

Kejadian seperti ini membutuhkan perhatian dan tindakan yang cepat, karena aliran darah melalui tali pusar mungkin terhenti dan kemudian bisa menyebabkan gawat janin.

5. Posisi bayi tidak normal

5. Posisi bayi tidak normal

Pexels/Rawpixel.com

Posisi terbaik untuk persalinan adalah ketika bayi menghadap ke bawah dan kepala terlebih dahulu melewati jalan lahir. Namun demikian, seringkali posisi ini bisa terjadi sebaliknya.

Ya, salah satu komplikasi yang mungkin terjadi adalah ketika posisi bayi justru tidak demikian. Misalnya posisi sungsang, di mana bokong atau kakinya justru yang berada di bawah dekat jalan lahir.

Selain itu, beberapa bayi juga mungkin akan berbaring secara horizontal, alih-alih secara vertikal.

Untuk mengatasi masalah ini, dokter mungkin dapat mengubah posisi bayi secara manual atau menggunakan forsep untuk memfasilitasi persalinan. Episiotomi atau operasi caesar juga mungkin diperlukan dalam beberapa kasus.

6. Emboli cairan ketuban

6. Emboli cairan ketuban

Freepik/Rawpixel.com

Dianggap sebagai komplikasi serius, emboli terjadi ketika sejumlah kecil cairan ketuban memasuki aliran darah Mama dan menuju paru-paru. Kondisi ini kemudian menyebabkan arteri di sana menutup.

Kejadian ini kemudian dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung, henti jantung, dan bahkan kematian, Ma.

Pembekuan darah yang tersebar luas adalah masalah lain yang mungkin timbul. Kondisi ini terlihat pada persalinan yang sangat sulit atau selama operasi caesar. Perawatan darurat dan tepat akan sangat dibutuhkan apabila hal ini terjadi.

7. Distosia bahu

7. Distosia bahu

Pada kondisi ini, bayi sebenarnya sudah dalam posisi tepat saat persalinan, yakni kepala terlebih dahulu. Namun kemudian yang terjadi selanjutnya bahu si Kecil tersangkut di jalan lahir.

Apabila ini terjadi, dokter mungkin akan mencoba mengeluarkan bayi dengan beberapa pilihan cara. Misalnya dengan memberikan tekanan pada perut, membalikkan bayi secara manual, atau melakukan episiotomi untuk memungkinkan bahu bayi keluar.

Setiap komplikasi yang disebabkan oleh distosia bahu biasanya bersifat sementara atau dapat diobati, tetapi tetap ada kemungkinan cedera pada Mama dan juga si Kecil.

berat badan lahir rendah

Berat Badan Lahir Rendah

Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lebih rendah dari berat badan bayi rata-rata. Bayi dinyatakan mengalami BBLR jika beratnya kurang dari 2,5 kilogram, sedangkan berat badan normal bayi yaitu di atas 2,5 atau 3 kilogram. Sementara pada bayi yang lahir dengan berat kurang dari 1,5 kilogram, dinyatakan memiliki berat badan lahir sangat rendah.

BBLR dapat terjadi ketika bayi lahir secara prematur dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (belum cukup bulan), atau bayi mengalami gangguan perkembangan dalam kandungan. Berdasarkan data Badan Litbang Kementrian Kesehatan Indonesia pada tahun 2014, sekitar 10 persen bayi lahir dengan berat badan rendah, dan jumlah paling banyak terjadi di Sulawesi Tengah, yaitu 17 persen.

Bayi dengan berat badan lahir rendah ini rentan sakit atau mengalami infeksi, Sedangkan dalam jangka panjang, bayi tersebut berisiko mengalami keterlambatan perkembangan motorik atau kemampuan dalam belajar. Semakin rendah berat badan lahir bayi, maka semakin banyak masalah medis yang akan dihadapi, apalagi jika bayi tersebut terlahir prematur.

Ciri dan Gejala Berat Badan Lahir Rendah

Selain memiliki berat badan lahir yang lebih rendah dari bayi normal, bayi BBLR juga akan tampak:

  • Lebih kurus.
  • Memiliki lemak tubuh yang lebih sedikit.
  • Memiliki ukuran kepala yang besar dibanding ukuran tubuh lainnya.

Bayi BBLR juga sering dilahirkan secara prematur. Masalah yang umum ditemui pada bayi seperti ini adalah:

  • Memiliki kadar gula dalam darah yang rendah (hipoglikemia).
  • Memiliki masalah dalam menyusu.
  • Memiliki hambatan dalam menaikkan berat badan.
  • Kesulitan untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap hangat pada temperatur yang normal.
  • Memiliki terlalu banyak sel darah merah yang membuat darah terlalu kental (polisitemia).

Penyebab Berat Badan Lahir Rendah

Banyak kondisi yang menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah. Penyebab utama dan yang paling banyak terjadi adalah kelahiran prematur, yaitu persalinan yang terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. Bayi prematur tidak sempat mengalami pertumbuhan pesat yang terjadi pada trimester akhir kehamilan. Maka dari itu, bayi tersebut cenderung memiliki berat badan rendah dan bertubuh kecil.

Di samping kelahiran prematur, kondisi lain yang dapat membuat bayi berisiko lahir dengan barat badan rendah adalah:

  • Intrauterine growth restriction. Pada kondisi ini, bayi tidak tumbuh dengan baik saat berada dalam kandungan. Masalah ini dapat dipicu oleh gangguan pada plasenta yang menghambat pertumbuhan bayi akibat tidak mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup.
  • Komplikasi selama kehamilan, misalnya ibu hamil mengalami tekanan darah tinggi.
  • Janin menderita kondisi medis bawaan.
  • Bayi kembar. Bayi kembar sering lahir dengan berat badan rendah dan prematur, karena tidak banyak ruang dalam rahim untuk kedua janin.
  • Usia ibu hamil masih muda. Ibu hamil dengan usia kurang dari 15 tahun berisiko tinggi memiliki bayi
  • Ibu hamil mengalami malnutrisi.
  • Ibu hamil menggunakan NAPZA atau minum minuman beralkohol.
  • Ibu hamil memiliki masalah emosi selama kehamilan.

Diagnosis Berat Badan Lahir Rendah

Diagnosis berat badan lahir rendah (BBLR) dapat diperkirakan oleh dokter kandungan sejak masa kehamilan. Saat pemeriksaan kehamilan rutin, dokter akan mengamati perkembangan ukuran dan berat badan janin dalam rahim, dan membandingkannya dengan usia kehamilan. Metode pemeriksaan yang umumnya dilakukan adalah usg kehamilan

Diagnosis BBLR dapat ditetapkan pada saat bayi lahir, jika berat badannya kurang dari 2,5 kg.

Penanganan Berat Badan Lahir Rendah

Hampir seluruh bayi BBLR memerlukan perawatan di rumah sakit setelah lahir. Penanganan dapat dilakukan sesuai dengan usia kehamilan, kondisi kesehatan, serta respons bayi terhadap pengobatan atau prosedur tertentu.

Untuk bayi BBLR dengan komplikasi tertentu, seperti paru-paru yang belum matang atau masalah pada usus, maka bayi tersebut perlu dirawat di ruang perawatan intensif neonatal (NICU). Di ruang ini, petugas medis akan membaringkan bayi di tempat tidur yang suhunya telah diatur, serta memberikan susu dengan teknik dan alat khusus. Bayi baru diperbolehkan pulang setelah komplikasi dapat diatasi dan ibunya dapat memberikan ASI secara normal.

Untuk bayi BBLR, dokter sangat menganjurkan pemberian ASI, karena dapat mendukung pertumbuhan dan kenaikan berat badan. Jika ibunya tidak bisa memberikan ASI, bayi dapat diberikan ASI dari donor.

Bayi BBLR yang lahir tanpa komplikasi dapat mengejar ketertinggalan pertumbuhannya seiring waktu. Namun pada saat dewasa, kebanyakan bayi BBLR berisiko mengalami berat badan berlebih atau obesitas, serta berisiko menderita diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung. Beberapa bayi BBLR juga dapat mengalami keterlambatan perkembangan mental.

Komplikasi Berat Badan Lahir Rendah

Komplikasi yang dapat timbul akibat berat badan lahir rendah (BLBR), antara lain adalah:

  • Gangguan perkembangan paru-paru atau organ lainnya.
  • Masalah pernapasan, seperti sindrom gangguan pernapasan bayi.
  • Masalah neurologis, seperti perdarahan di dalam otak.
  • Masalah gastrointestinal, seperti necrotizing enterocolitis.
  • Kematian mendadak.

gejala dan ciri-ciri hamil anggur

Apa Saja Gejala dan Ciri Hamil Anggur?

Para pengantin baru tentu senang saat istri mulai mengalami tanda-tanda kehamilan. Namun seketika kebahagiaan mereka lenyap saat sang dokter mengatakan bahwa kehamilan tersebut ternyata hanyalah hamil anggur. Simak penjelasan berikut ini agar Anda tahu lebih banyak tentang ciri hamil anggur.

Apa itu hamil anggur?

Hamil anggur, atau yang dalam dunia medis lebih dikenal dengan sebutan mola hidatidosa, adalah kondisi di mana terdapat tumor yang berkembang dalam rahim. Setelah sel telur dibuahi, seharusnya ia tumbuh menjadi plasenta dan janin, namun sel telur justru tumbuh menjadi sel abnormal yang berkembang menjadi gelembung putih terisi cairan yang menyerupai anggur.

Apa penyebab hamil anggur?

Hamil anggur diperkirakan terjadi karena adanya kesalahan pada materi genetik yang terkandung dalam sel sperma atau sel telur sebelum akhirnya terjadi pembuahan. Kesalahan ini akhirnya menyebabkan dua tipe hamil anggur, hamil anggur komplit dan hamil anggur parsial.

  • Hamil anggur dikatakan komplit saat setelah terjadi pembuahan, sel telur berkembang seluruhnya jadi sel-sel abnormal.
  • Hamil anggur dikatakan parsial bila sel telur dibuahi oleh 2 sel sperma serta setelah pembuahan, plasenta tidak memberikan nutrisi seperti semestinya, namun justru berkembang jadi sel abnormal.

Beberapa faktor juga berpotensi memicu terjadinya hamil anggur, seperti usia yang lebih dari 35 tahun atau kurang dari 20 tahun, adanya riwayat hamil anggur pada kehamilan sebelumnya serta adanya riwayat keguguran.

Apa saja ciri hamil anggur?

Permulaannya yang serupa dengan tanda-tanda kehamilan sering menyebabkan kesalahpahaman ibu antara gejala kehamilan dengan gejala hamil anggur. Sehingga pada beberapa kasus, hamil anggur baru terdeteksi setelah kehamilan 10 hingga 14 minggu pada saat pemeriksaan rutin dengan USG. Ciri-ciri hamil anggur antara lain:

  • Adanya pendarahan dari vagina yang berwarna coklat gelap hingga merah terang pada trimester pertama
  • Mual-mual dan muntah-muntah yang parah
  • Beberapa kali terasa adanya tekanan atau nyeri pada bagian pelvis.

Jika Anda mengalami gejala-gejala di atas, sebaiknya Anda mulai periksakan ke dokter dan deteksi gejala-gejala lanjutannya seperti:

  • Rahim yang membesar dengan pembesaran yang tidak normal dan terlalu besar untuk diprediksikan sebagai tanda kehamilan
  • Meningginya tekanan darah
  • Adanya kista pada ovarium Anda
  • Berkurangnya zat besi dalam tubuh Anda (anemia)
  • Timbulnya gejala-gejala penyakit hipertiroid seperti kelelahan, gugup, detak jantung tidak teratur, dan keluarnya keringat berlebihan
  • Keluarnya cairan dari vagina Anda.

Setelah Anda terdeteksi positif hamil anggur, guna mencegah komplikasi berkelanjutan, jaringan-jaringan tersebut akan diangkat dengan tindakan medis operasi hingga tak ada yang tertinggal pada rahim Anda.

Kalaupun gejala-gejala yang Anda alami tidak terdeteksi sebagai hamil anggur, namun Anda mengalami keguguran pada 20 minggu pertama dengan penyebab yang tidak diketahui, gejala tersebut sering kali akan diindikasikan sebagai hamil anggur. Keguguran dalam kurun waktu 20 minggu ini biasa terjadi sebagai respon dari tubuh Anda untuk mengakhiri kehamilan yang bermasalah.

Apa dampak hamil anggur pada rahim Anda?

Anda akan disarankan untuk tidak segera hamil dalam beberapa bulan hingga satu tahun hingga Anda menyelesaikan program monitoring hormon Anda. Baiknya Anda diskusikan terlebih dahulu dengan dokter Anda sebelum Anda berencana untuk hamil lagi.

Setelah operasi pengangkatan jaringan abnormal tersebut, pada beberapa kasus, masih terdapat jaringan yang tertinggal pada tubuh Anda dan tetap berkembang menjadi penyakit trofoblastik gestasional (kehamilan abnormal karena adanya tumor ganas). Kejadian ini bisa terjadi pada 1 dari 5 perempuan.

Penyakit trofoblastik gestasional masih dapat ditangani dengan tindakan kemoterapi (Anda masih mungkin akan hamil kira-kira setahun setelah Anda menyelesaikan kemoterapi) maupun dengan pengangkatan rahim (hanya disarankan bagi Anda yang tidak lagi berencana hamil).

Sifatnya yang ganas menjadikan penyakit trofoblastik gestasional ini berpotensi memicu terjadinya kanker. Hal ini mungkin, namun akan sangat jarang terjadi dan pada beberapa kasus masih bisa ditangani dengan kombinasi beberapa pengobatan kanker.